Tuesday, April 6, 2010

Antara Agama, Tuhan, dan Humanistic Spirituality

Bisakah kita hidup tanpa agama? Dapatkah kita beretika tanpa Tuhan? Apakah kita memang membutuhkan Tuhan untuk tahu bahwa kebenaran lebih baik daripada kebohongan, keberanian lebih baik daripada kepengecutan, dan mencintai lebih baik daripada memusuhi?
Apakah memang manusia yang tidak bertuhan selalu menjadi orang yang barbar,nihil, dan juga kejam? Kalau ya kenapa zionis sebagai salah satu penganut yahudi yang taat dan menjadi “umat yang terpilih” tega menjadi anjing barbar yang menindas rakyat palestina, tanpa pernah merasa bersalah. Sebaliknya, kenapa Potplot yang tak bertuhan juga tega membunuh ratusan manusia agar komunisme bisa tegak di bumi ini. Dua hal yang memiliki awalan berbeda ini menunjukkan bahwa etika dan cinta kasih bukan dikarenakan agama ataupun Tuhan, karena tanpa atau dengan adanya Tuhan manusia bisa menjadi homo socialis (manusia sosial yang beretika) ataupun menjadi homo homini lupus, manusia yang membunuh manusia lainnya.
Cinta, kasih dan etika berasal jiwa kemanusiaan itu sendiri, bahasa penulis adalah humanistik spirituality. Ketika manusia menyakini sisi kemanusian adalah lebih baik daripada sisi kebinatangan yang disebut Darwin maka dengan sendirinya individu tersebut memilih cinta, kasih dan juga etika sebagai jalan hidup. Namun, ketika individu tersebut menganggap sisi kebinatangan adalah hal wajar maka jiwa kebinatanganlah yang akan menjadi penuntun jalan hidup individu tersebut. Jalan hidup yang bebas karena tidak tergantung pada hadiah dan kutukan yang tertulis pada transkrip kuno tiga agama monoteis terbesar.
(capung dewangga, 070310)

No comments: