Tuesday, October 28, 2008

SURAT TERBUKA UNTUK KAUM MISKIN JAWA TENGAH

Kawan kawan, sengaja kutulis monograf ini untuk kalian agar kalian mengerti dan mati memilih mati saja lewat bunuh diri. Maaf, mungkin ini terlihat kejam, tapi menurut ku lebih kejam ketika aku membiarkan dirimu berlarut dalam kepedihan dan penderitaan akibat penyakit yang telah lama kalian derita.
Kalian harus tahu, DPRD Jawa Tengah bukan lagi milik kalian lagi. Mereka kini sudah menjelma Dewan Penghianat Rakyat Daerah Jawa Tengah. Mereka melupakan kalian, manusia yang dulu mengangkat mereka dalam posisi terhormat. Hanya karena ingin menggenjot penerimaan PAD tahun 2009, mereka tega menerbitkan Peraturan No. 37/2008 yang isinya menyetujui kenaikan tarif rumah sakit hingga 400%. Dan kenaikan itu hanya untuk tarif kelas III, kelas untuk orang seperti kalian, manusia manusia miskin.
Mereka berlindung pada Jamkemnas, dan berharap semua baik baik saja. Padahal mereka tahu distribusi Jamkemnas tidak berjalan sesuai mestinya, masih banyak yang tidak sesuai sasaran.
Satu lagi kawan, mungkin DPRD Jawa Tengah memang sengaja membuat kalian cepat mati, karena jika kalian mati maka otomatis jumlah penduduk miskin yang ada di Jawa Tengah akan menurun. Membanggakan bukan.
Apakah kau berpikir kenapa hanya kelas tiga yang mengalami kenaikan gila gilaan itu, bukan kelas I (VVIP) dan kelas II (VIP) padahal kelas inilah yang terdiri dari konglomerat dan orang orang kaya yang ketika harus membayar biaya tagihan rumah sakit, mereka tentu mampu melaksanakan kewajibannya.
Namun…sayang…
Walau kalian begitu menderita menggelepar, ditindas, dan didzalimi hanya sedikit yang ber empati kepadamu.
Kami ? Mahasiswa? Ahh kalian bergurau. Kami terlalu sibuk meningkatkan kapasitas otak kami, bersenang senang dengan pacar pacar kami, atau sibuk membuat PKM dan LKTM yang kadang kami bingung untuk apa? Begitu menang ya sudah..
Demonstrasi ? sudahlah, kami lama meninggalkan perjuangan heroic itu, melelahkan, kami capek berteriak tampa didengar. Pun ketika kami sudah lulus dan butuh uang untuk membiayai anak istri, kami lebih memilih mengalah pada realitas daripada berpegang teguh pada kata idealita yang sering kami dengungkan semasa jadi mahasiswa.
Kawan kawan miskin Jawa Tengah, rajinlah menabung karena kelak kalian harus membayar cicilan tanah makammu sendiri yang amkin mahal dan tak terjangkau. Jika sempat, berdoalah, semoga Indonesia sudi melahirkan kan kembali generasi yang bersimpati pada kalian dan berjuang menghancurkan mental penindas, kapitalistik, individualistis serta feodalistis yang kini telah terlanjur mendarah daging di setiap aspek kehidupan Indonesia.

Semarang,10 oktober 2008
Capung dewangga

MENGOREKSI ADAM SMITH

“agar kekayaan tak hanya beredar ditangan orang- orang kaya saja”
(Adz Dzariat : 56)

Krisis global yang melanda Indonesia seminggu ini bagai bola salju yang menyapu jalanan kota.. membuat kotor jalanan yang telah berulang kali dicuci agar tak terlihat kotor. Kita andaikan saja kapitalisme adalah jalan yang terbentang itu lalu kenapa kita andaikan krisis sebagai bola salju yang kotor ? Karena disadari atau tidak, kapitalisme yang bersumber dari rahim Adam Smith, merupakan bibit narkotik yang menyenangkan pada awalnya namun kacau pada akhirnya.
Adam Smith menyatakan bahwa permasalahan utama ekonomi adalah adanya kelangkaan yang menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan manusia yang pada akhirnya manusia tidak memperoleh kemakmuran. Jalan keluar atas keadaan tersebut adalah mengupayakan pertumbuhan ekonomi yang setinggi tingginya. Oleh karena itu manusia harus menjadi “homo economicus” mahluk yang berorientasi materi karena menurut dia (Adam Smith) orientasi materi itulah yang akan membuat negara makmur, menyebabkan manusia bersikeras mencari kenikmatan. Intinya, kerakusan bukan penghalang kemajuan, tapi justru pangkal dari kemajuan. Individualisme pangkal kesejahteraan.
Peningkatan produksi dan pertumbuhan ekonomi menjadi harga mati untuk meningkatkan kemakmuran, sedangkan permasalahan distribusi akan terselesaikan ole Invisible hand “tangan tak terlihat ”. Mekanisme alami yang akan menciptakan keseimbangan penawaran dan permintaan. Semakin tinggi harga, semakin banyak penawaran, semakin sedikit permintaan. Semakin rendah harga, semakin sedikit penawaran, semakin banyak permintaan. Mekanisme ini diyakini menyebabkan harga selalu normal. Tidak terlalu mahal, tidak terlalu murah.
Namun, yang jadi pertanyaan kenapa teori kapitalisme yang begitu diagung agungkan Bapak Adam Smith tidak seindah teorinya ? Justru kesenjangan ekonomi, ketidakadilan, perbudakan, dan krisis global yang terjadi.

*****
Mazhab ekonomi klasik yang dimotori Adam Smith sangat memperhatikan pertumbuhan ekonomi,dimana mekanisme perhitungannya menggunakan analisis pendapatan rata rata. Contoh gampangnya, ada dua orang yang berbeda penghasilan. Yang satu memiliki penghasilan Rp. 99.000,-, dan yang lain hanya Rp. 1.000,-. Jika menggunakan analisis rata rata, maka kedua orang itu mempunyai penghasilan masing masing Rp. 50.000. Jadi tidak aneh jika kita melihat Amerika Serikat pada beberapa waktu belakang mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi namun pada saat yang bersamaan mengalami peningkatan jumlah rakyat miskin. Tidak ada asas pemerataan karena, sesuai dengan filosofi “homo economicus” , hanya orang yang mau berkerja keras saja yang patut mendapatkan kenikmatan, bagi yang tidak mau / tidak mampu berkerja memang sepantasnya miskin. Paradoks kemakmuran.
Selanjutnya, invisible hand yang dipercayai mampu menciptakan keseimbangan pasar, pada ekonomi modern menjelma menjadi apa yang dinamakan bunga. Ekonomi klasik warisan Adam Smith sangat menekankan bunga sebagai penyeimbang atas aliran modal dari masyarakat yang mengalir kepada pusat produksi (perusahaan). Untuk itulah harus ada bank.
Jika uang yang beredar terlalu banyak beredar pada masyarakat, maka akan terjadi inflasi yang menyebabkan kenaikan harga barang. Bunga tinggi harus diterapkan untuk menyelesaikan persoalan ini. Ketika bunga tinggi, masyarakat akan menabung di bank dan pengusaha memilih untuk tidak meminjam dana ke bank. Ini akan menyebabkan perusahaan kecil akan mengurangi produksi dan harga kembali murah. Meminjam istilah Husein Matla, Kondisi ekonomi kembali seimbang dari terlalu basah menuju normal.
Namun, seiring berlangsungnya kebijakan ini akan terjadi anomaly lain, saat ekonomi pulih namun bunga tetap tinggi maka terjadi pengangguran akibat perusahaan gulung tikar kekurangan modal. Rakyat menjadi lemah daya belinya. Pasar kembali lesu. Saat ini dibutuhkan suku bunga rendah, agar banyak orang berani meminjam uang ke bank untuk membangun bisnis. Penganguran terserap dalam lini lini perusahaan, dan orang yang menabung tertarik untuk berbelanja, Perekonomian kembali normal.
Jadi dalam konsep ekonomi kapitalis ini, bunga mutlak diperlukan untuk menjaga keseimbangan pasar. Namun, dalam kenyataannya tidak semua pengusaha yang telah gulung tikar mampu bangkit kembali. Apalagi pengusaha kecil kecilan yang hanya memiliki modal kecil. Hal ini menyebabkan walau bunga rendah, tidak serta merta perusahaan berdiri dengan jumlah yang seimbang dengan jumlah pengangguran yang ada. Sedangkan perusahaan pemodal besar hanya mengalami penurunan produksi, tidak sampai menyebabkan perusahaan gulung tikar. Perusahaan perusahaan gurita inilah yang,meminjam istilah Prof. Amien Rais dalam buku “Selamatkan Indonesia”, menyandera negara. Memaksa negara untuk tunduk pada kemauannya.
Kondisi ini secara sangat ekplisit mengakui bahwa manusia bukanlah superman, namun memiliki sisi- sisi keterbatasan fisik,emosi, mental, pikiran yang dengan mudah diatur. Hukum penawaran dan permintaan dan adanya invisible hand merupakan hukum yang bertentangan dengan kenyataan hidup manusia.
***
Aristoteles secara tegas menolak sistem bunga ini, menurut beliau uang tidak mempunyai fungsi konsumsi melainkan hanya menjadi alat tukar. Karenanya orang disebut produktif jika mampu menghasilkan barang, memutar barang dan menjamin proses itu. Jadi ketika uang diperjualbelikan dalam arti pembungaan, akan terjadi penambahan jumlah uang secara terus menerus tanpa diikuti peningkatan jumlah barang.
Karena itu, para pialang saham dan juga para broker yang menyebabkan ketdakpastian ekonomi global dewasa ini, berdasar filsafat Aristoteles, hanyalah kumpulan orang orang tak berguna yang mengacaukan proses pemerataan ekonomi.
Dalam Ekonomi Islam, pemerataan adalah aspek yang sangat diperhatikan. Negara bertindak sebagai pelayan agar barang barang umum dapat mengalir ke umat secara merata. Karenanya, adanya perusahaan milik negara dalam segala barang menjadi keharusan untuk menjamin terlaksananya proses distribusi yang berdasar keadilan.
Selain itu, peraturan zakat, shadagah, larangan menyewakan tanah pertanian, kebolehan memiliki lahan kosong, larangan menimbun emas, penarikan pajak hanya terhadap orang kaya saja merupakan upaya agar terjadi keadaan sebagaimana tertulis dalam Al Quran “agar kekayaan tak hanya beredar ditangan orang- orang kaya saja” (Adz Dzariat : 56).
Walau memiliki filosofi yang hampir sama, Ekonomi Islam jauh melampaui mimpi Aristoteles karena upaya penjagaan uang agar tak dibisniskan tidak sekedar himbauan, melainkan dalam bentuk pengharaman dan membatasi bisnis pada barang sekunder, bukan barang yang mencakup hajat orang banyak.


Daftar bacaan :

Al Quran Karim
Fukuyama,Francis.Guncangan Besar.1991. Jakarta : Gramedia
Matla, Husein. Antara ekonomi budak dan ekonomi orang merdeka.2005.Semarang :BigBang Press
Rais, Amien. Selamatkan Indonesia. 2008.Jogjakarta : PPSK press
Thompson,Grahame. Globalisasi adalah Mitos. 2001.Jogjakarta : Obor Press

Friday, October 17, 2008

berontak (sekedar cerpen)

Malam kelam, gelap gulita. Seperti sisi hatiku yang semakin buram dan berembun sampah. Dinding penjara yang menyekapku sejak dua tahun yang lalu menyisakan jeritan keputus asaan , serta kelelahan.Tak kurang maupun lebih.
Sesekali kudengar suara jeritan kawan, kesakitan. Tangan tangan polisi itu dengan buas mengoyak kulit tipis gering. Miris, walau dulu aku sudah menikmati jamuan itu.
Kakiku tak lagi mampu berjalan, belatung belatung tak hentinya memakan sisa daging membusuk akibat sayatan bayonet polisi yang tak diobati.
@@@
Aku masih ingat,sebelum menjadi pesakitan penjara kotor ini aku adalah manusia yang percaya akan kekuatan rakyat, mengakui kekuatan buruh. Gerakan demi gerakan bawah tanah telah aku lakukan bersama kawan kawanku. Dari sekedar aksi jalanan, hingga penculikan dan pembakararan instansi yang kami anggap sebagai perpanjangan tangan dari setan kapitalis penghisap darah rakyat.
Kami berhasil membentuk aliansi kerakyatan dengan petani, buruh, gelandangan dan juga pemuda miskin yang tak mampu untuk bekerja karena jatahnya diambil alih mesin modern. Aliansi ini kami bentuk karena hanya ada satu jalan pembebasan ketertindasan rakyat, yaitu mengorganisir rakyat untuk sadar dan melawan ketidak adilan yang mereka alami.
Rezim Soeharto benar benar rezim bebal, suara kritis dibungkam senjata, usul ditolak dengan penjara, dan perlawanan dimusnahkan dengan label komunis. Anjing pengecut.
@@@
Gerakan yang aku dan kawan kawan bangun membesar, manusia manusia arus bawah berhasil kita gandeng, pendampingan demi pendampingan kami lakukan untuk memberi semangat perlawanan. Semuanya berjalan tanpa kendala berarti.
Hingga seorang teman memilih untuk menerima fasilitas negara dan mengkhianati perjuangan kami. Naskah naskah perjuangan kami dia bongkar dihadapan antek antek pemerintah. Manifesto, rencana perlawanan, model kaderisasi hingga struktur rahasia organisasi semuanya bocor.
Setelah itu satu demi satu kawanku hilang, tak tahu rimbanya. Ketika ditemukan pun sudah tak bernyawa. Dengan tubuh terkoyak koyak, penuh sayatan. Gerakan kami goyah, kaderisasi hancur. Akupun tak luput dari keberingasan kondisi itu.
Ketika ku sedang mengajar anak gelandangan di markas, polisi memaksa masuk. Menghancurkan buku buku, membakar meja kursi serta menelanjangi murid murid ku. Aku diseret kasar menggunakan gigitan anjing, kakiku koyat terseret anjing herder milik polisi. Darah menetes disela gerigi. Aku dijebloskan di penjara.
@@@
Penderitaan ku dimulai, aku dipaksa mengaku sebagai kader komunis yang ingin mengkudeta pemerintah. Aku diam. Kursi ruang introgasi diletakkan tepat diatas jempol kakiku, lalu dengan mudah para polisi duduk dikursi itu. Kuku kakiku copot, berleleran darah. Perih sekali.
Rokok yang mereka hisap mereka tempelkan di pipi serta bibirku. Tangan mereka tak henti menjambakku, menghantakan muka ku dibibir meja. Entah bagaimana bentuk mukaku saat itu.
Aku tetap diam, terlalu murah pengakuan ku ketika dibandingkan derita yang mereka berikan pada tubuhku. Penyiksaan demi penyiksaan aku terima dengan diam. Hanya kadang air mata tak bisa menutupi sakitnya penderitaan ini.
Hingga pada suatu ketika tubuhku ditelanjangi. Pakaian ku dirobek tangan tangan kasar mereka. Sebisa mungkin kututupi bagian tubuhku yang terbuka, namun ternyata sia sia saja. Kekuatan mereka lebih besar melebihi wanita lemah seperti aku. Dadaku diremas, keras. Aku berusaha sekuat mungkin untuk tidak mengaduh. Sedikit demi sedikit seluruh tubuhku dijamah dengan kasar. Hari itu keperawananku direnggut paksa oleh enam lelaki sekaligus
Hari demi hari berlalu, penyiksaan terhadapku tak pernah berhenti. Gigitan anjing, tusukan besi panas, dan juga pemerkosaan acap kali harus aku terima sebagai konsekuensi kebungkaman ku. Dua tahun berlalu tampa banyak perubahan.
Sampai saat ini.
@@@@
”arghhhh”
Terdengar lagi jeritan salah satu tahanan dari penjara samping kananku, kelihatannya dia sedang dipukuli. Ku julurkan kepalaku keluar jejuji besi, aku penasaran dengan suaranya. Aku tak pernah dengar suaranya, mungkin tahanan baru.
Iya, ternyata benar. Dia tahanan baru, seorang wanita berambut pendek, kelihatannya seorang aktivis pergerakan seperti aku. Makian makian terdengar nyaring dari mulutnya, Anjing, bajingan, tai kucing, semua terlontar. Aku tersenyum mendengarnya. Bagus. Ucapku dalam hati.
Pintu penjara dibuka, seorang tahanan masuk ke kamar tahananku . Gelapnya malam menahan mataku untuk menatap mukanya. Tak terlihat. Dari suaranya terlihat sekali dia menahan sakit, tangisnya pun terdengar tertahan. Mungkin baru besok pagi kuketahui siapa teman baruku ini.
@@@@
Mataku membesar demi melihat seonggok tubuh yang tidur di sampingku, aku mengenalinya sebagai perempuan yang tadi malam disiksa intregator. Mukanya terlihat lelah, aku tak tega membangunkan. Kubiarkan dia menikmati hari pertamanya di neraka jahanam ini.
@@@@
”Violeta”
Ku jabat tangan kawan baruku. Nama yang terlalu bagus untuk seorang gadis yang akan menjalani penyiksaan demi penyiksaan. Kenapa dia masuk penjara menjadi pertanyaan pertama yang aku ajukan padanya.
” Gerakan perlawanan, mba. Sekarang kampus kampus mulai jengah dengan kondisi Indonesia. Mahasiswa mulai marah dengan kebobokrokan mekanisme pemerintahan Soeharto yang represif dan kontra demokrasi.Aku dan beberapa kawanku dijebloskan penjara dengan alasan mengganggu keamanan dan menghina kepala negara”.
Aku tersenyum mendengarnya,aku merasa melihat siluet kehidupanku berlalu dihadapanku. Idelisme nyata tergambar matanya yang sayu.
” Demontrasi demi demontrasi kami lakukan, terakhir kita berhasil menghimpun 20.000 mahasiswa untuk bergerak menuju istana negara. Menuntut Soeharto segera turun. Aksi jalan kaki kami terhadang puluhan panser, gas air mata, dan ratusan senapan api. Brutal. Ditengah tengah kericuhan itulah, aku diseret dan dibawa kesini”.
Aku sudah terlalu lama tak mendengar berita diluar penjara ini. Karena aku memang dilarang untuk menghubungi ataupun dihubungi. Ada rasa bangga menyelip dihatiku melihat semangat kawan kawan diluar sana.
Kesemangataku muncul. Keputus asaan yang melingkupi jiwa serasa sedikit demi sedikit pergi. Berubah menjadi semangat perlawanan yang dulu , demi Tuhan, aku sembah.
Aku harus keluar dari sini.. dari penjara jahanam ini, dari neraka menjijikan ini, dan juga dari penis penis sipir penjara yang memuakkan itu. Aku harus segera menyusul kawan kawanku, merasakan jalanan panas, membakar gedung gedung busuk.
Bersama Violeta, ku susun rencana meloloskan diri. Walau pada awalnya dia khawatir dengan kenekatanku ini. Namun setelah kujelaskan keyakinan yang ku genggam, dia berbalik mendukung.

@@@@
Malam ini, akan menjadi saksi pemberontakan ku. Silet dan obeng yang lama aku simpan kini ku keluarkan lagi. Bersiaplah, Nex. Suara jiwa menyemangatiku.
Penjaga datang, biasa, mereka ingin melepaskan nafsu birahi melaluiku.
“Jreeb”
Darah muncrat dari dada lelaki bangsat yang meniduri ku. Obeng karatan menancap kokoh. Ku pakai bajuku sekenanya, berlari. Violeta mengikutiku di belakang.

Lorong penjara bergetar menerima derap kaki pincangku.




(to be continued....)
Capung Dewangga, 28 september 2008

Rekonseptualisasi pendidikan manusia

Bicara tentang pendidikan sama saja membicarakan kehidupan, sebab pendidikan merupakan proses yang dilakukan oleh setiap individi menuju arah yang lebih baik sesuai denga potensi kemanusiaan. Proses ini hanya berhenti ketika nyawa sudah tak ada dalam jasad manusia.Karena itu semua tratment yang ada dalam pendidikan harus memperhatikan hakikat manusia sebagai mahluk Tuhan denga fitrah yang dimiliki sebagai mahluk sosial sekaligus mahluk individual .
Namun, sayangnya sekarang telah terjadi dualisme keilmuan, dualisme hakikat tujuan fitrah pendidikan. Hal ini dikarenakan anggapan bahwa agama utnujk akhirat dan sains untuk dunia. Padahal menurutKuntowijoyo dalam bukunya “Islam Trasedental” menyatakan bahwa pendidikan agama khususnya Islam telah memegang komitmen yang tinggi dalam mengembangkakn ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan agama maupun sains.
Dengan demikian diperlukan rekonsptualisasi pendidikan agar berfungsi sebagai media pembebasan denga tetap berpegang pada perindip kewahyuan. Meminjam Istilah Kuntowijoyo perlu upaya menciptakn pendidikan yang berparadigma profetik yang meliputi dimensi humanisasi, liberasi, dan trasedensi.
Humanisasi berarti proses dialogis dengan melibatkan kesadaran kritis sehingga manusia ditempatkan dalam proses sejarahnya masing masing. Bagi Friere, humanisasi inilah yang akan membawa rakyat pada perubahan realistis secara manusiawi.
Liberasi memiliki jiwa pembebasan bagi setiap manusia untuk lepas dari tekanan, penindasan oleh setiap struktur status. Bahwa demokrasi menjadi kata sakral dalam proses liberasi ini. Implikasinya, manusia bebas menyuarakan kebenaran, tidak tunduk dalam arti menjadi budak
Proses humanisasi dan liberasi memerlukan jembatan penghubung agar senantiasa tidak keluar dari hakikat manusia sebagai mahluk sosial dan individual. Inilah yang dimaksud dengan trasendesi ilmiah. Intelelektual yang tetap berbekal wahyu kenabian. Proses ini mengamankan jejak humanisasi dan liberasi dari sekularisasi. Pemisahan antara ilmu dunia dan akhirat.

capung dewangga

SKETSA PERLAWANAN (hanya cerpen)

…..ini adalah daerah kekuasaan kami
Jangan lewati batas itu
Jangan campuri apa yang terjadi disini
Kalian orang luar
Kalian harus diam

Sayup sayup kudengar puisi pemberontakan Wiji Thukul dari tape bobrok yang akupun lupa kapan membelinya. Kesendirian ini, dalam kamar yang pengap,menerbangkan pikiranku pada sisi waktu yang pernah aku lalui..

@@@@

Baru dua tahun lalu,dengan secangkir kopi dan sebatang pisang goreng dingin. Kita saling menghujamkan isi otak kita, mencaci maki rektor yang dengan angkuh menaikkan biaya pendidikan hingga 50 %. Dengan buku karangan Ali Syariati dan juga kumpulan pidato Hasan Al Bana kita coba asah jalan pikiran dan pisau analisis untuk menghadapai perubahan perubahan buruk yang terjadi di kampus ini.
Kita berikrar pada jiwa jiwa, bahwa kita adalah manusia yang bebas dari keangkuhan,lepas dari kesombongan dan bermusuhan dengan kekuasaan. Karena kekuasaan selalu melahirkan keangkuhan, dan keangkuhan tak pernah pergi jauh dari keserakahan.
Kita bertekad menghancurkan sisa sisa orde baru yang ada dikampus ini, melawan otoritarianisme penguasa, bahkan terbesit pada diskusi kita untuk melakukan mogok belajar dan demonstrasi besar besaran.
Saat jalanan kampus tiba tiba sesak dengan teriakan mahasiswa, menyeruak menembus tirai dan membanngunkan angin yang telah lama mati. Kita berjalan dalam rombongan itu kawan. Kau bawa poster yang mengecam pendidikan mahal, kau lontarkan suara suara pembebasan, menghina ketidakadilan, dan menuntut dibatalkannya peraturan kenaikan biaya pendidikan.
Perlahan, langkah langkah kaki menapak tangga gedung termewah di kampus ini. Pahatan kata Rektorat terbaca jelas. Dengan gagah kau pegang megaphone itu, “ pendidikan adalah hak setiap manusia Indonesia, tidak ada seorangpun yang berhak untuk merampas hak itu dari masyarakat. Kenaikan biaya kuliah yang terjadi dikampus ini adalah contoh penindasan dan upaya kapitalisasi pendidikan yang hakikatnya suci. Suaramu melengking tinggi, meletup letup bak seorang Umar bin Khatab yang berorasi mensemangati pasukannya agar tak takut mati di medan perang.
Saat barisan polisi memaksa para demonstran mundur, kau bangkit berdiri di barisan paling depan, mengomando untuk melawan, merangsek,menembus pertahanan polisi bersenjata lengkap. Kulihat jelas leleran darah yang menetes dari kepalamu ketika bayonet polisi tak sempat kau halau.”Sampai Mati” teriakmu. Letusan pun pecah. Kau tumbang, namun kuyakin tak mati.
Kawan, kucari tubuhmu di tengah kerumunan para demonstran yang menyelamatkan diri dari desingan peluru dan sabetan bayonet. Tapi, tak pernah kutemukan tubuh kurusmu, hilang bersama jerit ketakutan. Hanya ada jejak darah yang mungkin berasal dari timah panas yang kau terima.

@@@@

Dua tahun berlalu, saat kekalahan demi kekalahan menghinggapi perjuangan mahasiswa melawan tirani, kucari bayangmu kawan, kurindu dengan semangatmu, ku ingin merasakan darah suci yang menetes dari tubuhmu dulu. Sosok pejuang sepertimu telah lama mati. Jiwa patriotis perlahan lahan luntur terwarnai percik percik hedonisme. Api semangat yang dulu berkobar terlihat semakin redup, mungkin mati jika tak ada lagi minyak tanah yang menghidupinya.
Pendidikan semakin mahal, kawan. Tak ada lagi Si Samin, Thole, ataupun Siti. Sekaran berganti John, Charles, ataupun Elizabeth. Tak ada lagi sepeda kumbang butut yang dulu setia menghantarkan kita ke rapat pergerakan. Tempat parkir kini berjubel sedan sedan mewah yang akupun muak saat melihatnya. Sudut kampus pun tak ada lagi diskusi, yang ada hanya kumpulan pasangan berpelukan walau ikatan halal belum mereka laksanakan.
Kawan, apakah dua tahun waktu yang cukup untuk mengubah dirimu?mengubah keberanian menjadi kepengecutan, membuang kemanusiaan menjadi keserakahan, atau menggerus jeans kumal menjadi jas lengkap dengan dasinya?
Kawan, kembalilah ke jalanmu. Tanggalkan dasi kupu kupu dan sepatu mengkilatmu. Segeralah keluar dari ruang dingin gedung rektorat itu. Disana kau hanya menjadi pengecut dan menghamba kekayaan. Kau akan dipaksa mematuhi keputusan keputusan yang dulu bersama kita hina dengan sumpah serapah. Duniamu disini. Di jalanan panas, makan bersama anak gelandangan,tidurdisamping para tua yang tak pernah memiliki rumah. Bukan disana. Gedung itu menipu. Kau tak kan pernah merasakan lagi makna keberanian, pengorbanan, dan juga perjuangan.
Mari kita bangun lagi kekuatan. Menghidupkan kembali ruh gerakan yang mungkin hampir padam. Ali Syariati dan Hasan Al Bana sudah terlalu banyak mengajari hakekat dari perlawanan. Penculikan, pengasingan, tiang gantungan bahkan pembunuhan adalah harga yang harus dibayar atas keyakinan yang kita genggam. Perjuangan ini adalah gerakan napas panjang, tidak hanya satu, atau dua tahun.mungkin puluhan tahun hingga tulang rusuk kita membusuk ditaman bunga atau malah di dinginnya lantai penjara.
Kawan, ku tunggu kau untuk kembali bersama. Di ruang pengap, berteman buku, secangkir kopi dan sebatang pisang goreng dingin.

@@@@

Brakkk…………..
Lamunanku terkoyak, kulihat pintu kamarku rusak berantakan. Sepuluh personil manusia tegap bersenjata tepat dibelakangku. Kupaksa tubuhku berbalik arah, berlari sekencangnya. Menghindari terkaman manusiayang menghianati nuraninya sendiri.
Punggungku panas saat kudengar suara letusan senapan laras panjang. Aku goyah. “ waktuku telah datang” bisikku pelan. Sepelan langit yang mendadak terasa kelam. Sekilas angin wangi menusuk hidungku. Angin mati.Hitam….


Thanks For Bang Eko Prasetyo
Semarang, 28 mei 2008
Detik detik selalu berulang
Meninggalkan berkas waktu yang semakin terkulai
Melemah...
Seiring jiwa yang semakin mati
Hingga dari rongrong besi

untuk mu saja..

Assalamualaikum. Wr.wb

di kuil gelap tengah malam,
titahkan aku berdiri dihadapanmu,
junjunganku,untuk bernyayi……..

Jauh.. tak tergapai. Aku tak tahu dimana mentari, salju, dan pelangi itu. Aku tak melihatnya. Aku kehilangan mereka. Hilang.
Pedih, hanya itu yang aku punya, menemani setiap canda tawa dan tangisku. Menatap dunia dengan bayang, kehadiran yang bukan kehadiran. Gamang. Lelah,dan sepi.
Lagu yang melintas dalam jiwa menambah luka….kisah yang terlalu indah…. Hingga aku tak mampu menuliskan kembali. Dengan tangan ku sendiri.

Selamat jalan, kekasih.
Selamat jalan, kepedihan ini kuharap mampu menemani perjalanan hatimu
Ketika hanyalah saat. Tergambar pada bukit bukit Loh,tempat musa melihat Tuhan. Hati hati kudus yang senantiasa kujaga hingga detik ini tak pernah berontak memaksa pergi. Tak pernah pergi..


Mimpi yang kan kupahat
hingga menjadi nisan membuncah
Melumut,mengeras
Aku
Tidak juga kau
Demi rusuk kiriku tergenggam
remuk redam
Biar aku membawa mentari
Biar aku memanggul salju
Biar aku menulis pelangi


Wassamualaikum Wr.Wb

pemuda islam : masa depan itu

kepada mujahid benteng kebenaran
selalu rindu akan lahir kejayaan
kepada pewaris tahta nan gemilang
menapak tegak menyosong masa depan……

Salah satu bait syair yang dinyanyikan Izzis itu kiranya cukup untuk menyadarkan kita , selaku pemuda Islam untuk terbangun dari tidur panjang. Segera menciptakan “the Sleep Giant” yang ada di jiwa jiwa Muslim. Sudah terlalu lama kita terlena keindahan ajaran ajaran selain Islam, tenggelam dalam pergaulan kebarat baratan yang ternoda kemaksiatan.
Dari bait diatas, jelas terlihat bahwa Islam belum dalam kondisi mapan. Masih belum berjaya, belum gemilang, dan masih terbelakang dari negara yahudi, kristus, bahkan Thionghoa. Palestina yang merupakan negeri suci para nabi sampai saat ini masih terinjak injak oleh Zionis Israel, Muslim Chechnya masih terbantai, dan bahkan muslim di Ambon, Indonesia, masih terus berperang demi terjaganya eksisitensi sebagai muslim. Padahal dalam Al Quran telah dinyatakaan bahwa Muslim adalah sebaik baiknya generasi. Itu berarti takdir kita bukan untuk menjadi pecundang, melainkan pemimpin yang mengatur dunia dengan konsep rahmatan lilallamin .
Bersatunya gerakan penghancur Islam seharusnya menjadikan kita kembali terjalin dalan indahnya persatuan Islam. Sebab kebaikan yang tak terstruktur pasti akan dengan mudah dihancurkan. Itu sudah sunattulah. Karena perjuangan ini bukalah perjuangan yang dengan mudah dilaksanakan, melainkan sungguh sangat berat, membutuhkan nafas panjang dan persaudaraan untuk bisa berenang melewati samudera terpanjang di jagat raya.
Islam bukannlah agama yang lemah lembut ketika terjadi kedzaliman, ketika penjajahan melukai jiwa jiwa manusia muslim. Islam adalah agama dengan semangat perjuangan nya lebih daripada singa yang kelaparan. Berani menembus berapapun tebalnya tembok kebatilan itu. Islam bukanlah agama yang ikhlas menerima hinaan. Islam adalah agama yang memberikan jalan Jihad untuk meraih kembali harga diri yang telah lama terinjak injak.
Manusia yang mengemban amanah untuk menjadi pewaris tahta nan gemilang, menjadi Agent of Islam tak lain dan tak bukan adalah pemuda Islam yang memiliki kemampuan diri sebagai sebagai Syaikh, guru, ayah, dan sebagai pemimpin. Posisi Syaikh dalam hal pendidikan ruhani; posisi guru dalam hal pengajaran; posisi ayah dalam hal ikatan hati; dan menjadi seorang pemimpin dalam aspek penentuan kebijakan politik maupun militer.
Ketika sifat sifat telah terhimpun dalam jiwa pemuda muslim maka salah satu prasyarat untuk mencapai kegemilangan Islam tercapai. Masih banyak sekali aspek lain yang harus segera diciptakan. Keikhlasan, keteguhan, dan kepercayaan adalah contoh aspek lain yang sejalan harus segera dibentuk. Pelan tapi terarah.
Allah berfirman,
“mereka ingin memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan ) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang orang kafir itu benci. Dialah yang mengutus Rosul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dia memenangkan di atas berbagai agama, meskipun orang orang musrik benci” (As Shaf:8-9)
Mereka yang yakin akan mampu melumat Islam adalah para pemimpi. Seorang penghayal. Betapa hancurnya Islam akibat misi penghancuran yang mereka lakukan, Islam akan bangkit. Pasti. Sejalan terlahirnya pemuda pemuda Islam yang rela mengorabnkan jiwa dan harta mereka demi terlaksana jual beli dengan Allah. Surga lebih dicintai daripada dunia dengan segala keindahan.


Aku yang masih dalam perjalanan,
Capung Dewangga

LUKA BERNAMA INDONESIA

Kehidupan selalu berulang, sejarah tak kan pernah berubah. Bagai siklus yang pada akhirnya kembali pada tempat semula. Kejayaan Indonesia yang dulu pernah teraih, seakan punah dan berubah menjadi sejarah penindasan dan penjajahan. Sama seperti jaman Jepang menguasai pulau pulau yang pada akhirnya bersatu menjadi Indonesia.
Indonesia adalah negara yang berdaulat, negara yang besar, negara yang memiliki taring yang tajam untuk mengunyah negara negara yang melencehkan martabat Indonesia. Aku belum menemukan negara yang seberuntung Indonesia, memiliki semuanya, tanah pertanian, barang tambang, minyak, laut, bahkan udara yang bersih pun begitu melimpah di Indonesia. Tapi, itu dulu.
Jika kita meminjam istilah Prof. DR. Amien Rais, Indonesia saat ini adalah manusia yang mengalami penyakit kronis. Jika tidak ditanggulangi dengan cepat dan tepat maka terpaksa diamputasi. Sejalan dengan itu, jelas kita harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang kondisi Indonesia saat ini Bagaimana mungkin seorang dokter bisa menyembuhkan penyakit tanpa kita tahu bagaimana struktur tubuh pasien tersebut.. Bukannya meremehkan, tapi bukannya rahasia bahwa sudah banyak generasi muda sekarang yang tidak hapal sila ke 4 dari Pancasila, belum tahu berapa jumlah propinsi di Indonesia saat ini, bahkan tidak tahu dari mana kata “ Indonesia “ itu didapat.
Saat ini Indonesia mengalami proses “pencucian otak”. Dimana kita, Indonesia, yang seharusnya bangsa yang besar dipaksa tersugesti untuk mengakui bahwa Indonesia adalah bangsa yang harus mengemis kepada bangsa lain untuk bertahan hidup. Sejarah sudah membuktikan hal tersebut. Tesis Fukuyama yang menyatakan bahwa Kapitalisme merupakan akhir dari peradapan mampu menyihir negara negara berkembang untuk tunduk kepada Amerika yang pro kapitalisme. Padahal tesis tersebut hanyalah tesis yang sama sekali tidak ada pembuktiannya. Hanya sebagai alat pembenaran bagi Negara kapitalis untuk menyebarkan visi visi kekuasannya.
Penghancuran melalui ekonomi sudah terlalu kasat mata untuk bisa dilihat. Privatisasi yang digembor gembor kan sebagai alternative penyelesaian hutang luar negeri ternyata menjadi morphine yang berbahaya bagi kelangsungan hidup Indonesia. Efektif digunakan sebagai penghilang rasa sakit, namun kelanjutannya mengakibatkan peningkatan dosis yang berujung pada DO atau pun kematian. Dalam seminar nasional yang diadakan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang tentang strategi peningkatan kesejahteraan, seorang pembicara yang bertitel Doktor dari UI menyatakan bahwa impor beras merupakah solusi mensejahterakan rakyat petani dengan alasan 80 % petani Indonesia merupakan petani Gurem yang harus membeli beras untuk konsumsinya. Sungguh aneh pendapat ini, ketika impor beras terus dilakukan untuk mengurangi harga beras dalam negeri yang tinggi maka beras beras yang dihasilkan oleh petani petani gurem di Indonesia menjadi tidak laku. Jika tidak laku, ngapain menanam padi, lebih baik beli beras impor saja. Wong lebih murah. Jika sudah terjadi hal tersebut kita hanya tunggu waktu saja untuk melihat Indonesia, negara yang pernah swasembada pangan, menjadi pengimpor beras no. 1 di dunia. Tragis.
Bahkan, Protokol Kyoto yang terlihat sebagai gerakan moral penyelamat global Warming dimata penulis hanyalah proyek negara negara besar untuk menancapkan ideology industrinya. Semuanya menjadi jelas ketika kita membuka kembali Tesis Huntington “ Perang Peradapan”. Dalam tesis tersebut dinyatakan bahwa bukan politik yang menjadi sumber peperangan dunia akhir, melainkan kebudayaan. Contoh kebudayaan yang pasti yang akan bertikai adalah kapitalisme dan kebudayaan China. Menarik. Dari jaman dahulu kita tahu bahwa lawan terberat dari kapitalisme adalah komunisme, sosialisme yang notabene sudah menjadi salah satu perangkat perekonomian China.
Negara besar yang tidak meratifikasi Protokol Kyoto adalah Amerika Serikat. Padahal Negara tersebut adalah salah satu penyumbang polusi terbesar di dunia. Moment ini dimanfaatkan China sebagai alat penghimpun kekuatan negera berkembang termasuk Indonesia untuk mendukung gerakan China, walaupun tidak kasat mata. Opini yang harus terbangun adalah negara Negara kapitalis adalah Negara yang tidak memiliki Pollutan Responsibilty, tidak memiliki kepedulian terhadap lingkungan.
Gajah bertarung dengan gajah, pelanduk mati ditengah tengah. Mungkin peribahasa ini cocok untuk kondisi sekarang. Namun sayang, dalam hal ini Indonesia bukanlah Gajah yang bertarung melainkan hanya pelanduk yang bakal jadi korban bagi siapa saja yang menang baik kapitalisme Amerika, ataupun sosialis komunis China.
Hal ini dikarenakan kita belum memiliki keberanian untuk menjadi mandiri, belum bangga dengan sifat kegotongroyongannya dan kewelas asihannya. Kita sudah terlanjur “tercuci Otak “ oleh globalisme Prof. Mubyarto menyatakan dengan sejelas jelasnya bahwa system perekonomian yang paling cocok untuk Indonesia adalah perpaduan adalah antara Sosialisme, Kapitalisme, dan religiusitas yang kesemuanya terangkum di badan usaha Koperasi.
Sekarang sudah tak sepantasnya kita terlena dengan euphoria jaman keemasan masa lalu. Saat ini adalah masa pergerakan, pembangunan, dan pemerataan. Koperasi yang memiliki kedudukan sangat kuat dalam konstitusi Indonesia sudah seharusnya mendapat perhatian lebih besar lagi. Pemerintah yang memiliki tanggung jawab besar dalam pengembangan koperasi harus tahu hal ini. Bahwa semangat ketimuran dan profesinalisme kerja adalah salah satu unsur obat yang mampu menyembuhkan penyakit kronis yang hinggap si tubuh pertiwi Indonesia.
Semoga….

Aku yang masih dalam perjalanan,
Capung Dewangga

Catatan akhir tahun……

Lelah menghampiriku ketika buku “Konspirasi dibalik Lumpur Lapindo” habis kubaca. Ternyata benar apa yang menjadi dugaan ku selama ini. Ada gurita konglomerat yang bertanggung jawab atas kejahatan kemanusiaan ini. Tak lain Abu Rizal Bakrie dan Panigoro. Pemilik saham di Lapindo Brantas Inc. Akibat tidak adanya instruksi pengamanan silinder penembus bawah tanah, terjadilah Blow Out berupa lumpur panas yang sampai saat ini belum jelas penanganannya.
Aku marah ketika media kini tak lagi menyorot kejahatan kemanusiaan di Sidoarjo tersebut. Sigmund Freud berkata Memang kita tak bisa percaya kecuali pada diri sendiri. Media dengan mudah dijual demi tercapainya omzet penjualan. Masyarakat terdidik ? itu prioritas ke 24. Membosankan. Aku pernah bertemu dengan salah satu wartawan Jakarta saat Deklarasi Mahasiswa Anti Korupsi di Semarang. Dengan gamblangnya dia berujar bahwa terdapat koran besar di Jateng yang di setir pemerintah dan pengusaha di Jateng, yang dengan mudah dapat di design bagaimana berita yang harus keluar. Prinsip yang harus dipegang adalah Asal Bapak Senang. Satir???? Memang kata itu yang pantas di letakkan pada media Indonesia {walau tak Semuanya, aku yakin)
Aku tak tau bagaimana muka Indonesia 20 tahun ke depan? Aku takut jika masih hidup di Indonesia, karena aku tak tahu harus bagaimana menyelamatkan Indonesia ku ini. Jika Pramudya Ananta Toer, malu jadi orang Indonesia. Maka aku berbeda, aku begitu mencintai hingga dengan sorot mata kedepan kuakui bahwa borok itu memang punya Indonesia. Yahh, memang itu Borok negeriku yang harus segera di sembuhkan sebelum amputasi terpaksa di lakukan.
Lagi, Kalimantan yang merupakan surga hijau telah lama terinjak oleh investor asing akibat begitu murah hatinya pemerintah Indonesia menyerahkan mahkotanya, hingga seorang teman dari Banjarmasin dengan sedih mengatakan bahwa Kalimantan adalah kekasih yang kehilangan keperawanannya. Dia memutuskan membentuk Gerakan Borneo Merdeka demi terjaganya alam dan kekayaan Pulau Kalimantan. Gerakan Makar ? mungkin iya. Tapi dalam pandangannya lebih baik merdeka daripada hidup dalam jajahan Negara Indonesia. Dan aku? Bahkan aku baru sadar bahwa Indonesia memang memiliki Borneo, Papua, dan Sipadan Ligitan (tetap milik Indonesia). Entah dimana saat itu. Mungkin aku masih tertidur, ileren. Tak tau apa apa.
Kawan kawan mahasiswa, nasionalisme tidak hanya kata ataupun ideologi tapi lebih dari itu. Nasionalisme adalah kecintaan, kerelaan, kekuatan, pengabdian dalam arti sesungguhnya. Bukan makna puisi yang kadang terintreprestasi berbeda.
Kalau aku boleh berharap, aku ingin mahasiswa kembali menjadi kekasih rakyat yang mengetahui bagaimana susahnya hidup dibalik gubuk gubuk reot, samping rel, atau lelahnya menapaki aspal panas di siang hari. Lihat, duniamu bukan hanya di gedung gedung mewah, ada AC minimal kipas angin yang mampu menidurkan matamu. Bukan. Hidupmu tak Cuma disitu. Tatap luar kampusmu. Disitu tugasmu.
Aku tak mau mengingat lagi tahun itu, tahun dimana mahasiswa sangat buas ketika mengoyak tirani Orde Baru. Sungguh, tak mau lagi aku mengingatnya. Sebab aku begitu malu dengan pahlawan pahlawan yang merelakan dirinya demi reformasi. Maafkan kami Elang, kami sudah begitu lama tertidur. Menikmati. Keindahan di kampus ini.
Kawan, tugasmu membangun kemandirian bangsa, makan habis bukumu hingga kau mampu mengerti bahwa memang ada jalan untuk keluar dari kebobrokan bangsa ini. Sejalan dengan itu lindungi bangsa ini, saat ini, semampumu. Dengan LKTM mu, dengan Tulisan Tanganmu, Longmarch mu dan dengan LSM yang telah kau dirikan. Bukan saatnya lagi kita saling menyalahkan, bukan saatnya lagi menyatakan diri yang paling benar. Setiap manusia dibebani sebatas kemampuannya. Itulah tanggung jawab kita pikul. Bersama, kita lantangkan suara hati nurani. Kita bersihkan luka luka Indonesia.
maju melawan atau diam tertindas, sebab mundur dari perjuangan adalah satu penghianatan.

Aku yang masih dalam perjalanan,
Capung Dewangga.