Monday, April 26, 2010

Seni perang Sun Tzu dan Muhammad

Aku baru saja selesai baca teori seni perang Sun Tzu, luar biasa. Namun, ternyata lebih menggelegar teori perang dari Muhammad sang inspirator pemimpin puluhan ekspedisi dan juga peperangan. Muhammad berperang dengan kekuatan fisik, inteletual, dan juga spiritual. Sedangkan Sun Tzu hanya fisik dan intelektual.
Enam bab teori Sun Tzu menekankan kemampuan diri untuk bertahan, menghindar dan menghancurkan, sedangkan Muhammad bergerak atas nama keyakinan spiritualitas, hal yang tidak ada dalam ke 6 bab seni perang Sun Tzu. Hal ini jugalah yang membantah beberapa teori tentang Sun Tzu,misalnya menghindar ketika jumlah musuh lebih besar, dan menyerang ketika jumlah lebih kecil. Muhammad membuktikan bahwa jumlah kecil atau besar bukan menjadi efek penting dan dominan dalam peperangan. Perang badr menyatakan jumlah kaum muslim yang jauh lebih kecil ternyata mampu memukul mundur tentara Quraisy,sedangkan Perang Uhud menujukkan sebaliknya. Jumlah kaum muslimin yang besar ternyata justru membuat kaum muslimin lengah dan merasakan kekalahan untuk sementara.
(capung dewangga,140410)

Thursday, April 8, 2010

Bom Asap Dulu Sebelum Nuklir

bom asap, bom yang digunakan untuk pemancaran sinar S.O.S, penting buat kawan kawan yang suka mendaki gunung, ataupun demo (buat shock therapi polisi). Buat temen temen yang mau ke perang afganistan mendingan belajar bikin bom kecil kecilan kayak gini, sebelum megang bom nuklir(kata Aa gym, belajar dari yang terkecil to.
siapin bahan bahan ini:
Sumbu petasan yang berwarna hijau sepanjang 20 cm;Pulpen yang tidak ada isinya (disarankan pulpen merek “Pilot”); KNO3 (Kalium Nitrat / Potassium Nitrat) 40 gram ;Gula Pasir 60 gram; Baking Soda / Soda kue 1 sendok makan; Pewarna Organik (Organic Dye) 3 sendok makan. Saya sarankan memilih warna Merah, Biru, dan Orange (efektif);Aluminium Foil; Kertas Karton Tebal;Lakban;Kapas

mudah dicari kan brow,sekarang cara bikinnya:
- Buatlah sebuah tabung dari kertas karton tebal dengan diameter 3 cm dan tinggi 9 cm. Harus berlapis dua.
- Hidupkan kompor gas sampai dengan api yang paling kecil. Ingat, api yang paling kecil.
- Campurkan KNO3 40 gram dengan Gula pasir 60 gram ke dalam panci dan aduk. Cara mengaduk dengan amat pelan. Jangan kasar! Bahan ini mudah rusak.
- Aduk hingga gula dan KNO3 menjadi cairan yang lengket dan kental dan berwarna coklat kekuning-kuningan. Proses memakan waktu selama 10 menit. Selama 10 menit, anda harus mengaduk terus.
- Angkat panci dan campurkan satu sendok baking soda, aduk hingga merata.
- Masukkan pewarna organik sebanyak 3 sendok dan aduk hingga merata.
- Masukkan cairan ke dalam tabung dan tancapkan pulpen kosong ke tengah2 tabung. Biarkan selama 1 jam.
- Sesudah 1 jam, cabut pulpen tersebut dan masukkan sumbu petasan. Sumbat bagian yang longgar dengan kapas.
- Bungkus tabung tersebut dengan Lakban hitam namun sisakan lubang pada tengah2 tabung pada bagian sumbu. Supaya asap dapat keluar dengan lancar.

kalo kawan2 berhasil,asap yang keluar lumayan banyak. Bisa buat tanda S.O.S, ataupun buat demo biar keliput tv..hehe. kalau mau lebih mantap tambahkan cabe halus, atau lada secukupnya pada saat proses pengadukan(menjadi GAS AIRMATA)
met nyoba yahh...gagal,luka bakar, TANGGUNG SENDIRI!!!
capungdewangga,080310

Tuesday, April 6, 2010

Antara Agama, Tuhan, dan Humanistic Spirituality

Bisakah kita hidup tanpa agama? Dapatkah kita beretika tanpa Tuhan? Apakah kita memang membutuhkan Tuhan untuk tahu bahwa kebenaran lebih baik daripada kebohongan, keberanian lebih baik daripada kepengecutan, dan mencintai lebih baik daripada memusuhi?
Apakah memang manusia yang tidak bertuhan selalu menjadi orang yang barbar,nihil, dan juga kejam? Kalau ya kenapa zionis sebagai salah satu penganut yahudi yang taat dan menjadi “umat yang terpilih” tega menjadi anjing barbar yang menindas rakyat palestina, tanpa pernah merasa bersalah. Sebaliknya, kenapa Potplot yang tak bertuhan juga tega membunuh ratusan manusia agar komunisme bisa tegak di bumi ini. Dua hal yang memiliki awalan berbeda ini menunjukkan bahwa etika dan cinta kasih bukan dikarenakan agama ataupun Tuhan, karena tanpa atau dengan adanya Tuhan manusia bisa menjadi homo socialis (manusia sosial yang beretika) ataupun menjadi homo homini lupus, manusia yang membunuh manusia lainnya.
Cinta, kasih dan etika berasal jiwa kemanusiaan itu sendiri, bahasa penulis adalah humanistik spirituality. Ketika manusia menyakini sisi kemanusian adalah lebih baik daripada sisi kebinatangan yang disebut Darwin maka dengan sendirinya individu tersebut memilih cinta, kasih dan juga etika sebagai jalan hidup. Namun, ketika individu tersebut menganggap sisi kebinatangan adalah hal wajar maka jiwa kebinatanganlah yang akan menjadi penuntun jalan hidup individu tersebut. Jalan hidup yang bebas karena tidak tergantung pada hadiah dan kutukan yang tertulis pada transkrip kuno tiga agama monoteis terbesar.
(capung dewangga, 070310)

Ustadz,Ulama, dan Kiayi yang (ternyata) lupa hadist nabinya

Aku murka dengan pendidikan bergenre islam ataupun lembaga pendidikan dengan embel embel islam yang melangit tanpa sudi menyentuh kolong jembatan, sisi sisi terluar dari pasar dan tempat pembuangan sampah. Persetan dengan SDIT, persetan lembaga Muhamadiyah, NU juga. Mana pemuda yang katanya tahu metode tarbiyah, mana ulama yang katanya hapal sirah Nabawiyah Muhammad SAW, mana kiayi yang hapal dengan kitab kuning yang arabnya plontos semua?. Bukankan mereka mereka itu yang hoby njiplak hadist berkoar koar ”bodoh mendekatkan diri kepada kemiskinan, dan kemiskinan sangat dekat dengan kekafiran”
Seharusnya, kalau mereka memang serius njiplak hadist jujungannya tentunya mereka juga harus melaksanakan omongannya. Bukankah (menurut mereka juga) Tuhan begitu membenci orang orang yang berkata ini itu namun tidak bisa melakukannya. Mereka seharusnya mendirikan sekolah rakyat mampu dijangkau rakyat miskin, bukan sekolah SDIT yang cuma ada modal besar berputar di dalamnya, universitas universitas NU dan Muhamadiyah yang harga masuknya Naudzubillah..
Mana hakikat islam yang mencela kebodohan? Kapan orang orang miskin yang kebanyakan justru orang islam bisa naik derajatnya kalau ulama, ustadz, dan kiayinya masih belum berpikir untuk menciptakan sistem pendidikan yang mampu dijangkau kalangan bawah.
Kenapa justru orang orang yang kalian anggap tidak bertuhan, kiri, tak tau agama atau apalah yang lebih tahu hakikat kebodohan, arti sakitnya sebuah ketidaktahuan, dan mahalnya sebuah martabat. Gerombolan ini tak menunggu untuk kaya untuk segera bersedekah membangun sekolah gratis, tapi para punkers pig, left’s atau sosialis dalam puncak kemiskinan pun memberikan apa yang mereka punya. Mungkin benar apa kata DR.Syafii Antonio,M.Ec yang menyebutkan bahwa shalawat nabi hanya ada dibibir, barzanzi hanya diucapkan, dan sholat zakat sebatas diritualkan. Memang ilmu hikmah bukan monopoli para ustadz, ulama, atau kiayi saja.
(capungdewangga,070310)

wisuda ...blaik!!!

Adalah satu titik perjalanan yang harus dilalui oleh setiap manusia bergelar mahasiswa. Titik yang ditandai dengan samir yang berwarna emas dan ritual membenarkan tali topi yang sedikit melenceng. Setelah itu peluk, cium dan saling berjanji . Ritual membosankan setiap tahun.
Wisuda penjadi garis kasta yang senantiasa memisahkan pikiran kehidupan manusia. Antonio Gramsci berujar banyak manusia yang lahir dari rahim intelektual namun tidak menjadi manusia intelektual. Berusaha untuk lulus, namun tidak mengetahui makna dibalik kelulusan itu sendiri. Intelektual tanpa humanisasi, liberasi dan juga tanpa transedensi. Akhirmya, wisuda hanya menjadi upacara pelantikan calon manusia yang sama artinya dengan mesin yang memang selayaknya diperas untuk tujuan akhir dari sebuah perusahaan.
Ritual menjadi tidak berarti jika engkau mengetahui upacara hanya menjadi kasta yang semakin memisahkan sosok humanistic manusia dengan sisi kapitalistik manusia, hanya akan merimbakan bumi yang sebenarnya bukan jalur lari yang memaksa manusia untuk yang menjadi utama atau tak akan dikenal oleh dunia. Wisuda menjadi tak berarti jika engkau mengerti hakikat kenapa manusia diciptakan.
(Dewangga,03042010)

Saturday, April 3, 2010

Panglima...,,
selalu tampakan gelora semangatmu,,
tampakan jiwa pergerakanmu,
hanya do'a ini pengiring langkah kaki kecilmu,


titip secuil rinduku....

3 April 2010
Peri Ungu...
:-)

tuhan bahagia

Dalam angka penghujung,jalan itu semakin jelas.Terjal dan berbatu,keras dan juga tajam.Aku hanya memiliki kaki kecil yang bahkan tak sama bentuknya. Sanggupkah? Kadang aku merasa menyerah sebelum melangkah. Namun, seiring dunia akupun menyadari menyerah tak menghasilkan apapun. Bagiku memiliki harapan kosong lebih baik daripada menyerah dalam keputusasaan.
Tuhan,itu ada kata guru SD ku dulu. Namun, kenapa Tuhan hanya hadir ketika aku dalam titik titik nadir yang lemah, kenapa Tuhan tidak ada saat ku bahagia. Dia kemana saat ku bahagia, aku pun butuh Dia saat ku berada di atas. Ku ingin mengajaknya bersulang, menenggak anggur kehidupan yang tua. Memakan hasil bumi yang cerah meronta. Memendam bibit bibit segar pengganti kemunafikan. Tapi dia tidak hadir dalam kebahagiaan ku. Kenapa? Kau tak tidur kan,Tuhan?
Sepanjang jalan kuperas otakku untuk menemukan persembunyian Dia, susah sekali. Apakah Tuhan memang tidak ada sebenarnya. Tapi kalau memang tidak ada, siapa yang hadir menguatkanku kala ku lemah dan merasa terancam. Aku yakin itu juga Tuhan.
Aku pun sadar, perjalanan ini ternyata tak berujung.
Hidup ternyata bagaimana menemukan Tuhan yang hadir dalam pedih dan bahagia.
capungdewangg.030410