Wednesday, April 1, 2009

Aku merenung,

Aku merenung, kenapa ada kelas? Kenapa manusia berbeda? kenapa harus berubah..Kenapa setiap yang sempurna lebih menandakan kesombongan, dan sering tertatap sebagai ketidakmampuan diri. Kenapa perbandingan itu ada? Satu kuat dan lainnya lemah. Tak seiring. Apakah keadilan tak ada di dunia? Apakah memang relasi kekuasaan yang berkarya. Mewarnai bumi manusia.Kenapa manusia sama dengan barang? Terus berputar hingga benangya kusut, lalu terbuang. Ganti yang lain. Sungguh beruntung orang yang mati muda, lebuh beruntung lagi menjadi manusia yang benat benar tak pernah dilahirkan. Kenapa saya ada, jika manusia lain tak menganggap ada? Ke-adaan saya apakah tidak selamanya memang ada,ini tangan, ini kaki, ini mulut. Ada. Tapi kenapa tetap saya tak ada. manis tak ada, dan sakit bukan ada.Kadang saya merasa, entah merasa itu ada atau tak ada. Diam itu lebih bersuara daripada suara. Jika memang kita percaya diam tak selalu diam. Pencarian siapa diri kenapa senantiasa abstrak. Tak berujung pangkal. Apakah mati yang mencari, padangmasyar, aku percaya. Kebingungan kebingungan raga darimana? Apa tercipta atau memang dicipta? Setiap pertanyaan apakah memang mengharuskan jawaban. Atau malah jawabanlah yang merangkai question?(capungdewangga.090309)

Hubungan Antara Teori Akuntansi Positif dan Teori Akuntansi Normatif

Sebelum kita membicarakan hubungan antara teori Akuntansi Positif dan dan Teori Akuntansi Normative, ada baik nya jika kita mencoba membedakan sasaran dasar yang dimiliki kedua teori akuntansi tersebut.
Menurus Suwardjono (2002), perbadaan antara Teori Akuntansi Positif dan Akuntansi Normativ adalah sebagai berikut.

Pembeda Positif Normatif
Bentuk Penyataan Is should
Nada Pertanyaan Descriptive prespektive
Bidang masalah Facts Valuesm/ idealism
Basis Penyimpulan Objective/ empirical Subjective
Kriteria penerimaan teori True/false Good/bad
Metoda Pengujian Science Art

Dari table diatas dapat kita lihat bahwa sasaran dari :
1. Teori Akuntansi Positif adalah Penjelasan atau penalaran untuk menunjukkan secara ilmiah kebenaran pernyataan atau fenomena akuntansi seperti apa adanya sesuai fakta. Fakta sebagai sasaran. menurut Friedman (1953), pada`hakekatnya terbebas dari ikatan pelbagai aspek etika—sebagaimana dikemukakan Keynes. Dia lebih mengacu ke istilah “apa adanya” (what it is) daripada ke istilah “seharusnya demikian” (it should be). Teori ini bertujuan menjelaskan meramalkan, dan memberi jawaban atas praktik akuntansi. Di samping itu, teori ini juga meramalkan berbagai fenomena akuntansi dan menggambarkan bagaimana interaksi antar-variabel akuntansi dalam dunia nyata. Validitas teori akuntansi positif dinilai atas dasar kesesuaian teori dengan fakta atau apa yang nyatanya terjadi (what it is).

2. Teori Akuntansi Normatif adalah Penjelasan atau penalaran untuk menjustifikasi kelayakan suatu perlakuan akuntansi paling sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Lebih menjelaskan praktik-praktik akuntansi yang seharusnya berlaku—it should be. Nilai sebagai sasaran.
Contoh nyata pemberlakuan pemberlakuan Teori Akuntansi positif dengan menggunakan pendekatan Diealektika Hegel bisa dilihat ketika kita mempertanyakan Faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela. Jawaban dari pertanyaan itu berdasarkan fakta yang objektif dan berdasarkan bukti empiris.
Sedangkan contoh pemberlakuan Teori Akuntansi Normatif adalah ketika kita ingin mengetahui kapan sewaguna harus dikapitalisasi. Tentu pertanyaan tersebut menghasilkan berbagai alternative jawaban. Dengan menggunakan teori Akuntansi Normatif kita akan memilih yang paling tepat “seharusnya”, menggunakan penalaran logis. Di Indonesia Teori Akuntansi Normatif dikenal dengan nama Praktik Akuntansi Berterima Umum (PABU) atau GAAP. Salah satu bagian kecil dari PABU adalah SAK atau standar akuntansi Keuangan. SAK yang ada sekarang dikeluarkan oleh IAI melalui suatu organ yang kita kenal dengan Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK). Dewan ini bertugas untuk menyusun draft standar akuntansi keuangan yang akan diberlakukan. Draft tersebut terlebih dahulu didiskusikan dengan Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan (DKSAK) untuk kemudian dikeluarkan draft-nya. Bila telah diperoleh masukan, dilakukan sosialisasi (public hearing) untuk memperoleh masukan lebih banyak lagi dari masyarakat luas (pemakai laporan keuangan). Selanjutnya, bila tidak ada masalah lagi, maka IAI akan mengesahkan standar tersebut dan diberlakukan secara efektif.
Dari dua contoh nyata diatas dapat dilihat hubungan antara Teori Akuntansi Positif dan Teori Akuntasi Normatif yaitu ;
1. Perbedaan pendekatan dan dasar antara teori akuntansi tersebut menyebabkan dua taksonomi akuntansi. Pendekatan Teori Akuntansi Positif menghasilkan taksonomi akuntansi sebagai Sains. Sedangkan pendekatan Teori Akuntansi Normatif menghasilkan taksonomi akuntansi sebagai art. Yang keduanya sama sama diakui sebagai sarana pendekatan teori akuntansi.
2. Teori Akuntansi Normatif yang berbentuk Praktik Akuntansi Berterima Umum (PABU) merupakan acuan teori dalam memberikan jalan terbaik untuk meramalkan berbagai fenomena akuntansi dan menggambarkan bagaimana interaksi antar-variabel akuntansi dalam dunia nyata yang meruipakan Fungsi pendekatan Teori Akuntasi Positif. Tidak menutup kemungkinan, fakta yang ada di dunia nyata (praktek akuntansi) akan mempengaruhi Teori Akuntansi Normatif. Hubungan ini Sesuai dengan paham Dialektika Hegel. Dimana antitasi dan tesis akan menghasilkan sistesis. Dan sistesis akan menghasilkan antithesis. Begitu seterusnya.


Daftar Pustaka
Gilles.(2006).Filsafat Hegel. Jakarta: Ikon
Tan Malaka.(2008).Madilog Materialisme,Dialektika,Logika.Jakarta:LPPM
Jurnal Mahardika edisi 2008
www.tazkiyah.blogspot.com
www.universitasgunadarma.ac.id


mahasiswaunnes@kuntansi2005

Panggung Politik; Panggung Sandiwara ?

Dunia ini panggung sandiwara ceritanya mudah berubah…
Ada peran wajar ada peran yang berpura pura..
Mengapa kita bersandiwara..
Menarik, ketika kita mencoba melihat fenomena Pemilu 2009. Pesta demokrasi sekarang bukan hanya milik politikus politikus saja, sederetan artis ibukota pun turut ambil bagian dalam perang mengambil simpati masyarakat.
Ketika menyebut SBY dalam dunia politik, maka hanya ada Susilo Bambang Yudhoyono. Tapi bagi Eko Patrio,SBY bermakna lain. SBY bisa berarti Santai Bareng Yukk.., atau Sambil Bermafaan Yukk. Nama Eko pun terkenal di masyarakat.Mungkin , kehebatan ngutak ngatik singkatan politik menjadi singkatan hiburan menyebabkan Eko Patrio berani ”menjajal”, peruntungan di dunia politik sebagai calon anggota legislatif gedung Senayan.
Diakui atau tidak, survey Lembaga Survei Indonesia bulan Nopember 2008 seperti dilansir oke.zone .com menyatakan Eko Patrio jauh mengungguli para politikus kawakan seperti Muhaimin Iskandar (2,9 persen), Pramono Anung (2,5 persen), Anas Urbaningrum (1,9 persen), Tifatul Sembiring (1,5 persen), Priyo Budi Santoso (0,2 persen), dan Ferry Mursyidan Baldan (0,1 persen). Survei LSI dilakukan dengan jumlah responden 1.249 di 33 provinsi berusia 17 tahun ke atas menggunakan metode wawancara dengan sample error 3 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Hasil survey LSI meneguhkan bahwa dalam memilih calon, kadang masyarakat masih mempertimbangkan aspek popularitas daripada kapabilitas. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi pengamat politik. Ada kemungkinan para artis yang mencalonkan diri sebagai anggota legislative hanya mementikan popularitas.
Sebenarnya syah syah saja ketika artis mencalonkan diri sebagai anggota legislatif. Undang undang Indonesia memberikan hak seluas luasnya untuk itu. Popularitas adalah salah satu variable untuk strategi pemenangan. Sedangkan kemampuan berpolitik bisa diasah oleh pengalaman. Apalagi menurut Adi Sulistyiono seperti dilansir Suara Merdeka edisi 17 Maret 2008, Pemilu 2009 adalah tiitik frustasi masyarakat. Masyarakat sudah bosan dengan muka muka lama yang muncul kembali namun tidak memberikan dampak apa apa. Hadirnya artis bisa jadi menjadi angin segar bagi perubahan dimata masyarakat.
Menghadapi fenomena ini peran pendidikan memilih (voter education) bagi masyarakat menjadi hal yang penting untuk diagendakan oleh mahasiswa sebagai entri point dalam perjuangan reformasi berkelanjutan. Penyebarluasan track record para calon legislatif baik artis maupun politikus perlu dilakukan dalam konteks perbaikan. Sehingga masyarakat bisa tahu mana artis yang benar benar memililki kapabilitas politik yang benar benar mumpuni dan mana yang hanya sekedar nafsu aji mumpung saja.
Masyarakat harus diyakinkan bahwa panggung politik bukan hanya sekedar panggung sandiwara di mana seorang artis bisa berperan menjadi apa saja sesuai tuntutan alur cerita.seperti yang dinyanyikan Niky Astria diatas. Melainkan panggung realitas kehidupan Indonesia. Sebab, seorang anggota DPR minimal mewakili 400.000 pemilih. Skenario perbaikan ataupun kehancuran Indonesia sebagian tertulis disana.
Agi Capung Suprayogi
(Koordinator Pansus Anti Korupsi Kota Semarang)