Monday, June 23, 2008

Menggagas Reformasi Jilid II

Sejarah telah menorehkan tinta emas pada lembaran pergerakan pemuda dan mahasiswa Indonesia. Tak ada yang menyangkal kemerdekaan Indonesia berada di tangan pemuda, jika Soekarno dan Hatta tidak diculik secara paksa untuk segera memproklamirkan kebebasan Indonesia mungkin Indonesia sekarang masih dijajah oleh Sekutu. Pun ketika masa kemerdekaan, penggulingan Soekarno di motori oleh mahasiswa. Terakhir, tahun ‘98 presiden Soeharto mengaku kalah dengan kebuasan mahasiswa Indonesia.

Soe Hok Gie mengimajinasikan mahasiswa sebagai seorang koboi yang datang ke kota karena kota sedang di ganggu penggudal dan pemerkosa, sang koboi terlibat pertarungan dengan pengganggu kedamaian kota. Begitu benggundal dan pemerkosa tewas, koboi ini segera berlalu, merumput kembali dengan kudanya. Mahasiswa bergerak keluar dari kampus mencampakan buku teksnya, perkuliahannya dan bersama turun ke jalan. Memberantas kedzaliman. Setelah selesai, kembali menenteng tas berisi perlengkapan perkuliahan.

Setelah prahara Reformasi berlangsung, kebebasan menjadi komoditi yang laris bak kacang goreng. Semua bebas bersuara, berdemokrasi tanpa takut ancaman dihakimi. Namun, kebebasan yang sejalan dengan perbaikan serasa jauh paggang dari api. Di kiri kanan rakyat miskin masih kelaparan, anak buruh kasar tetap hanya bermimpi mengenyam pendidikan layak, dan korupsi pun masih bergulir di lembaga pemerintahan.

Apa yang salah dengan reformasi, kenapa perubahan menuju arah kebaikan belum juga menunjukkan tanda tandanya ? Mahasiswa sebagai aktor inrelektual reformasi harus bertanggung jawab terhadap raktyat dan segera membenahi idealisme agar efuoria ‘98 tidak menutupi kenyataan bahwa Indonesia masih berduka.

Beberapa bulan telah berlalu melewati 10 tahun reformasi, ini merupakan momentum luarbiasa bagi mahasiswa untuk merancang kembali visi dan misi reformasi, meneguhkan semangat serta membakar sisa sisa pragmatsme dalam diri mahasiswa. Demi mennciptakan kesucian gerakan mahasiswa.

Reformasi jilid II adalah keniscayaan yang harus segera dilaksanakan, Kegagalan mahasiswa dalam mengawal Reformasi I menjadi pelajaran berharga untuk tidak serta merta percaya kepada pemimpin demokratis yang ternyata masih pro status quo. Sang Koboi harus mengamankan kota dari begundal dan pemerkosa, namun tidak tergesa kembali merumput begitu kota terlihat tenang.

(140308_capung dewangga)

1 comment:

Hudan Nur said...

do you know gie?
who is he?

antek-antek soeharto rezim..
jangan ketipu dengan buku harian yang pernah diterbitkan.

silakan baca buku mengutamakan rakyat (merak) wawancara mayjend saurip kadi oleh lim siok lan