Saturday, June 28, 2008

Jangan Jatuh Ke lubang Yang Sama

”bagi seorang pejuang tidak ada stasiun akhir”
Soekarno

Dulu, kalimat emas seperti diatas bagaikan teriakan seorang Umar bin Khatab kepada prajuritnya. Penyemangat jiwa, menghilangkan ketakutan akan derita yang diakibatkan oleh revolusi perlawanan.
Ketika semangat itu dilempar pada mahasiswa Unnes saat ini, ternyata tak berbekas. Menguap. Mahasiswa, bahkan beberapa yang berkecimpung di Lembaga Kemahasiswaan lebih memilih untuk tetap tenang diruang kuliahnya dan menganggap hal diluar tembok ruang kuliah bukan urusannya.
Penyikapan SPL minimal 5 Juta contohnya, suatu kebijakan yang sama sekali tidak pro rakyat. Membatasi hak orang miskin mendapatkan pendidikan yang bermutu. Ternyata masih ada Lembaga Kemahasiswaan yang mendukung kebijakan tidak populis ini. Sama sekali tidak mencerminkan idealita seorang mahasiswa pendukung rakyat.
Padahal seperti diucapkan oleh pendekar HAM, Munir, mahasiswa menjadi peluru kekuasaan yang tiran, golok bagi leher leher militeristik absolut. Penghianat gerakan mahasiswa hanya menjadi benalu kesucian idealisme kerakyatan yang dijunjung mahasiswa.
Jangan jatuh kelubang yang sama, sabda Muhammad, seorang Rosul agama Islam. Jangan sampai gerakan mahasiswa runtuh ditangan penghianat untuk ke dua kalinya. Karena itu berarti mahasiswa lebih ”goblok” (maaf) daripada keledai, sebodoh bodohnya hewan.
Kebijakan penarikan kontribusi PKL bagi mahasiswa non kependidikan adalah bentuk ketidakadilan penguasa, ” somenthing wrong” dalam pelaksanaan kebijakan di Unnes.
Penulis sempat berdiskusi panjang lebar dengan Pak Usman (Koordinator PKL) dan juga Pak Wakimin, pegawai yang bertanggungjawab terhadap keuangan PKL.Keduanya menyatakan bahwa ada beberapa alasan yang mendasari diambilnya kebijakan penarikan kontribusi PKL yaitu,
Akibat terhentinya bantuan keuangan dari ”Anggaran Ritun dan P2U” sehingga otomatis sumber keuangan PKL hanya PNBP.
Hasil dari evaluasi menyimpulkan bahwa penyebab dari tidak hadirnya Dosen Pembibing di tempat PKL dikarenakan ketidak adaan biaya transportasi. Dana ini mengambil cost terbesar dalam pembiayaan PKL.
Diharapkan dengan adanya kontribusi ini, mahasiswa lebih terlayani dengan baik.
Sayangnya, ketika dihadapkan pada kenyataan, alasan alasan tersebut tidak logis dan terkesan dipaksakan. Anggaran tahun 2008 Universitas Negeri Semarang sudah ditentukan pada tahun 2007 pun nanti anggaran tahun 2009 telah dianggarkan sejak tahun 2008. Ini berarti jika pada semester lima PKL ”free” gratis, seharusnya untuk semester 6 ini juga gratis karena masih dalam satu tahun anggaran 2008. Jadi alasan pertama yang diungkap oleh Pak Usman dan Pak Wakimin tidak berdasar.
Alasan penarikan kontribusi PKL yang tunjukkan untuk dana transportasi dosen pembimbing juga tidak logis. Ini dikarenakan dalam mekanismenya, dosen pembibing mendapatkan surat tugas dari Institusi (Unnes) . Sehingga institusi bertanggungjawab atas instrumen- instrumen pendukung terlaksananya tugas yang dibenbankan, dalam hal ini contohnya adalah dana transportasi. Jadi tidak bisa jika biaya ini dibebankan pada mahasiswa.
Dan yang paling menyakitkan adalah alasan agar mahasiswa mendapatkan pelayanan yang lebih. Lapangan membuktikan, mahasiswa yang diharuskan membayar kontribusi ini mencari perusahaan ataupun institusi pemerintahan secara individual, yang berarti transportasi, copy surat menyurat dan segala keperluan untuk mendapatkan tempat PKL tidak mendapatkan bantuan dari Unnes. Sangat tidak beralasan dan tentunya tidak adil kebijakan penarikan konstribusi PKL ini.
Lembaga Kemahasiswaan yang memiliki tanggung jawab sosial dan advokasi terhadap mahasiswa tidak boleh menutup mata dan menganggap ini masalah individu mahasiswa yang bersangkutan.Perlu persatuan atas idealisme dan komitment dalam menanggapi kebijakan ini. Penolakan menjadi kata mati terhadap kebijakan yang tidak adil dan tidak pro mahasiswa.
Maju melawan atau dia tertindas, karena mundur dari perjuangan adalah satu penghianatan, kata Capung Dewangga. Jangan sampai pada perjalanannya dalam mengadvokasi mahasiswa, Lembaga kemahasiswaan memilih untuk tunduk dan mendukung kebijakan ini. Kesalahan tidak boleh terjadi dua kali, penghianat gerakan suci mahasiswa harus enyah dalam barisan yang masih memegang hakikat tanggungjawab titelnya sebagai mahasiswa.
Capung Dewangga
27062008

2 comments:

Hudan Nur said...

gue cuman usul ye...
lu kudu kasih hijab. noh puisi, noh cerpen, noh artikel...
biar gak berhamburan dalam satu blog

pan pengunjung pada bingung

Rozi Kembara said...

HA...HA...HA..
MAHASISWA SEKARANG TAHU NYA CUMA PACARAN SAMA SHOPING....
MEREKA UDAH JADI BUDAK -BUDAK KAPITALIS NGAK ADA YANG BISA DI HARAPIN

TAPI SEMOGA LO NGAK TERMASUK KEDALAM MAHASISWA SEPERTI ITU.
SEBAB GW YAKIN MASIH ADA SEGELINTIR MAHASISWA YANG KATA CHE GUERVARA ADALAH ANAK KANDUNG REVOLUSI...! ANAK MUDA YANG MENAMPUK PANJI_PANJI PERUBAHAN MESKI DARAH MENJADI PIJAKANNYA

SOAL KAPITALISME PENDIDIKAN LO BISA BACA BUKU "ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH" TERBITAN INSIST/ RESIST