Wednesday, April 1, 2009

Panggung Politik; Panggung Sandiwara ?

Dunia ini panggung sandiwara ceritanya mudah berubah…
Ada peran wajar ada peran yang berpura pura..
Mengapa kita bersandiwara..
Menarik, ketika kita mencoba melihat fenomena Pemilu 2009. Pesta demokrasi sekarang bukan hanya milik politikus politikus saja, sederetan artis ibukota pun turut ambil bagian dalam perang mengambil simpati masyarakat.
Ketika menyebut SBY dalam dunia politik, maka hanya ada Susilo Bambang Yudhoyono. Tapi bagi Eko Patrio,SBY bermakna lain. SBY bisa berarti Santai Bareng Yukk.., atau Sambil Bermafaan Yukk. Nama Eko pun terkenal di masyarakat.Mungkin , kehebatan ngutak ngatik singkatan politik menjadi singkatan hiburan menyebabkan Eko Patrio berani ”menjajal”, peruntungan di dunia politik sebagai calon anggota legislatif gedung Senayan.
Diakui atau tidak, survey Lembaga Survei Indonesia bulan Nopember 2008 seperti dilansir oke.zone .com menyatakan Eko Patrio jauh mengungguli para politikus kawakan seperti Muhaimin Iskandar (2,9 persen), Pramono Anung (2,5 persen), Anas Urbaningrum (1,9 persen), Tifatul Sembiring (1,5 persen), Priyo Budi Santoso (0,2 persen), dan Ferry Mursyidan Baldan (0,1 persen). Survei LSI dilakukan dengan jumlah responden 1.249 di 33 provinsi berusia 17 tahun ke atas menggunakan metode wawancara dengan sample error 3 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Hasil survey LSI meneguhkan bahwa dalam memilih calon, kadang masyarakat masih mempertimbangkan aspek popularitas daripada kapabilitas. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi pengamat politik. Ada kemungkinan para artis yang mencalonkan diri sebagai anggota legislative hanya mementikan popularitas.
Sebenarnya syah syah saja ketika artis mencalonkan diri sebagai anggota legislatif. Undang undang Indonesia memberikan hak seluas luasnya untuk itu. Popularitas adalah salah satu variable untuk strategi pemenangan. Sedangkan kemampuan berpolitik bisa diasah oleh pengalaman. Apalagi menurut Adi Sulistyiono seperti dilansir Suara Merdeka edisi 17 Maret 2008, Pemilu 2009 adalah tiitik frustasi masyarakat. Masyarakat sudah bosan dengan muka muka lama yang muncul kembali namun tidak memberikan dampak apa apa. Hadirnya artis bisa jadi menjadi angin segar bagi perubahan dimata masyarakat.
Menghadapi fenomena ini peran pendidikan memilih (voter education) bagi masyarakat menjadi hal yang penting untuk diagendakan oleh mahasiswa sebagai entri point dalam perjuangan reformasi berkelanjutan. Penyebarluasan track record para calon legislatif baik artis maupun politikus perlu dilakukan dalam konteks perbaikan. Sehingga masyarakat bisa tahu mana artis yang benar benar memililki kapabilitas politik yang benar benar mumpuni dan mana yang hanya sekedar nafsu aji mumpung saja.
Masyarakat harus diyakinkan bahwa panggung politik bukan hanya sekedar panggung sandiwara di mana seorang artis bisa berperan menjadi apa saja sesuai tuntutan alur cerita.seperti yang dinyanyikan Niky Astria diatas. Melainkan panggung realitas kehidupan Indonesia. Sebab, seorang anggota DPR minimal mewakili 400.000 pemilih. Skenario perbaikan ataupun kehancuran Indonesia sebagian tertulis disana.
Agi Capung Suprayogi
(Koordinator Pansus Anti Korupsi Kota Semarang)

No comments: