Thursday, December 18, 2008

Menghapus Phobiapolitik (catatan pemilu presiden Unnes #1)

Sejarah membuktikan bahwa pilar perjuangan demokrasi di Indoensia tidak pernah lepas dari nama “mahasiswa” sosok darah muda yang memiliki semangat yang meletup, jiwa idealism yang membahana serta keberanian luar biasa. Peristiwa 1998 adalah bukti yang tidak terbantahkan atas keriteria yang diatas. Mahasiswa bergerak bersama menjadi gerakan politik moral (moral force) mencoba memberantas kejumudan intelektual, mengadvokasi masyarakat, serta mengembangkan sayap demokrasi yang bertanggungjawab.
Namun, sejalan dengan waktu kata “politik” mengalami pergeseran identitas. Jika mahasiswa 1998 menganggap politik itu suci dalam arti gerakan moral, sekarang politik tak lebih dari upaya menghalalkan segala cara, tindakan kotor, “Tai kucing” (kata Gie). Sehingga apapun yang berhubungan politik harus dijauhi.
Tentu sikap ini seperti ini sangat berbahaya bagi kehidupan demokrasi, karena demokrasi begitu dekat dengan politik, Kebijakan tak lepas dari hasil analisis politik, reformasi adalah perjuangan politik, bahkan idealis dalam mengusung kebenaran adalah suatu sikap politik. Jadi bukan politik yang menyebabkan buruk, kerusuhan, dan penindasan melainkan kesalahan sikap manusia dalam mengejawantahakan politik.
Sedikit demi sedikit, itulah jalan untuk merubah paradigma buruk yang terlanjur melekat dalam politik. Pemilu dalam tataran intra mahasiswa adalah satu dari sekian banyak cara untuk merubah generalisasi ini. Ada beberapa hal yang harus dipenuhi dalam proses pemilu mahasiswa agar berjalan demokratis. Pertama, pemilu mahasiswa harus kompetitif dlam arti pemilih diberi kesempatan otonom dan bebas. Kedua, dilaksanakan secara berkala. Ketiga, harus inklusif, mahasiswa memiliki peluang sama dalam pemilu. Keempat, penyelenggaraan pemilu yang tidak memihak. Terakhir, dibutuhkan peran serta dari mahasiswa dalam pengawasan ats pelaksanaan pemilu mahasiswa
Jika hal diatas mampu dipenuhi, pemilu mahasiswa mampu menjadi salah satu pilar demokrasi yang menghasilkan para pemimpin yang tangguh serta memiliki etika kebenaran dalam berpolitik. Para pemimpin inilah yang akan memberikan tauladan bagaimana sebenarnya politik harus dipraktekan(capung ).

No comments: